Jorge Martin, pebalap dari tim Pramac Racing yang saat ini memimpin klasemen sementara MotoGP, secara terbuka mengakui bahwa dirinya sering dilanda kecemasan yang berlebihan sebelum memulai balapan. Dalam sebuah wawancara, Martin menegaskan bahwa rasa cemas ini sudah ia rasakan sejak masih anak-anak dan dipastikan akan terus menyertainya sepanjang karier balapnya. Menurut Martin, kecemasan ini bukan sekadar perasaan gugup biasa, melainkan membutuhkan penanganan khusus, termasuk dukungan psikologis dan emosional dari orang-orang terdekatnya.
Martin menjelaskan, "Kegugupan ini, ketidaknyamanan ini selalu menyertai saya sejak masih kecil dan akan tetap selamanya. Ketika saya menyelesaikan balapan dan meninggalkan sirkuit, saya jauh lebih santai, tetapi saya sudah tahu bahwa sensasi itu kembali lagi pada hari Sabtu dan Minggu di akhir pekan balapan."
Kondisi mental Jorge Martin ini menjadi lebih krusial karena saat ini ia hanya unggul 10 poin dari pesaing terdekatnya, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo). Dengan empat putaran tersisa di MotoGP, termasuk Phillip Island, Buriram, Malaysia, dan Valencia, tekanan untuk mempertahankan posisi puncak semakin tinggi. Setiap balapan akan menjadi penentu siapa yang akan meraih gelar juara dunia MotoGP tahun ini.
Martin mengakui bahwa rasa gugup dan ketidaknyamanan ini selalu menghantui dirinya sebelum balapan dimulai. Namun, ia merasa lebih tenang setelah menyelesaikan balapan dan meninggalkan sirkuit. “Setelah balapan, saya jauh lebih santai, tetapi saya tahu bahwa sensasi ini akan kembali setiap Sabtu dan Minggu di akhir pekan balapan,” ungkap Martin.
Meski demikian, Martin tetap yakin dengan kemampuannya untuk bersaing dan meraih hasil terbaik. Ia percaya bahwa persiapan mental dan fisik yang matang menjadi kunci suksesnya di setiap balapan. “Saya tahu kalau saya harus sangat siap untuk lepas karena pada akhirnya itu adalah kunci balapan hari Minggu. Demikian pula, saya sadar akan kekuatan saya dan saya bisa melakukannya, bahkan dari posisi ke-11 (grid Motegi). Namun jelas jika kami berada di depan, maka itu menjadi lebih mudah,” tambah Martin.
Selain mengatasi tekanan dari dalam dirinya sendiri, Martin juga berusaha fokus pada performanya di atas motor. Ia mengakui bahwa kebisingan dan berbagai pikiran acak sering mengganggunya setelah turun dari motor, menyebabkan kelelahan mental yang terkadang berujung pada sakit kepala. Namun, begitu berada di trek, semua tekanan tersebut hilang dan ia dapat memberikan performa maksimal.
“Saya selalu mencoba untuk fokus pada apa yang saya rasakan di atas motor, tetapi ketika saya turun, maka ada banyak kebisingan, ada banyak pikir dan kepala sakit,” ujar Martin.
Dengan persaingan yang semakin ketat dan tekanan yang terus meningkat, Jorge Martin tetap optimis mampu menjaga performanya dan meraih gelar juara dunia MotoGP, meskipun harus berhadapan dengan tekanan mental yang besar serta pesaing kuat seperti Bagnaia dan Marco Bezzecchi.